Penyakit Hewan Yang Dapat Menular Dan Pencegahan

PENYAKIT HEWAN YANG DAPAT MENULAR DAN PENCEGAHAN – Hewan bisa menyebabkan berbagai penyakit pada manusia. Ini karena mereka hidup dengan bebas sehingga dapat membawa bakteri, virus, dan kuman. Penyakit tersebut disebut dengan zoonosis.

Pada umumnya zoonosis disebabkan oleh bakteri atau virus yang menjadi parasit di tubuh hewan. Lalu ketika manusia mengalami kontak dengan hewan tersebut, terjadilah penularan. https://www.benchwarmerscoffee.com/

Berikut adalah Penyakit yang dapat disebabkan oleh hewan yang dapat menular dan cara pencegahannya. idn poker

1. Antraks

Antraks atau penyakit sapi gila ini disebabkan oleh kontak dengan binatang, wol, daging, atau kulit binatang yang terinfeksi bakteri Bacillus anthracis. Ada empat jenis antraks yaitu antraks kulit, saluran pencernaan, paru-paru, dan meningitis.

2. Hepatitis E

Infeksi hati akut ini disebabkan oleh konsumsi daging yang kurang matang. Biasanya penyakit ini disebabkan oleh babi, tikus, atau rusa. Selain konsumsi daging yang kurang matang, Hepatitis E juga bisa disebabkan karena konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi virus HEV.

3. Trypanosomiasis

Trypanosomiasis adalah penyakit kurang tidur yang berasal dari gigitan lalat tse tse. Penyakit ini juga bisa menular melalui hewan ternak yang terinfeksi.

4. Q fever

Q Fever atau demam Q ditularkan melalui bakteri pada hewan peliharaan dan hewan ternak. Bakteri tersebut adalah Coxiealla burnetti. Orang yang terinfeksi akan terserang demam tinggi.

5. Toksoplasmosis

Toxoplasma gondii adalah protozoa yang menginfeksi kucing dan hewan berdarah panas lainnya. Manusia dapat tertular melalui kotoran kucing, makan daging yang kurang matang, dan sayuran yang tidak dicuci. Penyakit ini dapat menimbulkan kerusakan pada mata, otak, otot, dan organ lainnya.

6. Infeksi Cacing Pita

PENYAKIT HEWAN YANG DAPAT MENULAR DAN PENCEGAHAN

Infeksi ini disebabkan oleh kebiasaan makan daging mentah atau kurang matang. Biasanya cacing pita dapat dijumpai di daging babi dan sapi.

7. Brucellosis

Brucellosis adalah infeksi bakteri Brucella yang biasanya ada pada hewan ternak. Manusia bisa tertular saat mengonsumsi produk hewani yang mentah seperti daging, susu, dan keju dari hewan yang terinfeksi bakteri tersebut. Brucellosis menyerang sendi, tulang belakang, dan otot.

8. Rabies

PENYAKIT HEWAN YANG DAPAT MENULAR DAN PENCEGAHAN

Rabies atau penyakit anjing gila ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi virus rabies. Pada umumnya, hewan tersebut adalah anjing, rakun, kelelawar, dan rubah. Virus rabies akan menyerang sistem saraf pusat dan bisa menyebabkan kematian.

9. Leptospirosis

Penyakit yang menyerang hati ini ditularkan oleh hewan yang terkena kontak bakteri Leptospira interrogans. Biasanya bakteri tersebut tersebar melalui urine dan darah anjing, tikus, dan hewan ternak seperti sapi atau babi. Leptospirosis banyak menyebar setelah banjir.

10. Psittacosis (parrot fever)

Penyakit gangguan pernapasan ini disebabkan oleh bakteri yang ditemukan pada kotoran burung, seperti betet, beo, atau parkit. Untungnya psittacosis tidak berbahaya dan dapat disembuhkan dengan antibiotik.

Perubahan Perilaku

Tak mudah mengubah perilaku walau memiliki pengetahuan. Mengetahui sesuatu belum tentu mau melakukannya.Kate Natrass Atema dari International Fund for Animal Welfare memaparkan teori perubahan menurut rare.org. Prinsipnya partisipasi, pembelajaran, dan aksi.

Permasalahannya adalah rabies dan kesehatan hewan buruk. Tapi manusia makin takut dengan anjing, menelantarkannya, bukannya memperbaiki sumber penyebaran penyakit.

Rumusnya seperti ini. Pengetahuan ditambah perilaku, komunikasi interpersonal, dan menghapus hambatan. Hasilnya perubahan perilaku dan mengurangi ancaman penyakit. Apa yang bisa membuat manusia melakukan sesuatu? “Meyakini itu penting, ada orang-orang yang membicarakan, dan mengurangi rintangan,” seru Kate.

Daripada memikirkan tingkah laku hewan, lebih baik melihat tingkah laku manusia dulu. Penyakit dari hewan muncul dan menularkan manusia penyebabnya dari bagaimana manusia memperlakukan binatang tersebut.

Fasilitas kesehatan dan vaksin

Zoonosis dengan mudah berujung kematian jika terlambat mendapat penanganan. Sejumlah fasilitas kesehatan khusus dibangun misalnya ruang penanganan flu burung dan rabies. Pasien positif rabies mengalami gejala yang mirip dengan hewan terpapar. Hipersaliva atau mengelurkan liur berlebih, agresif, dan takut cahaya. Jadilah ruangan perawatan didesain untuk mengatasi gejala ini.

Selain itu ketersediaan vaksin bagi hewan dan manusia menjadi hal penting. Orang yang digigit hewan penular rabies seperti anjing dan kucing diminta mencari vaksin anti rabies (VAR) dan harus mendapat suntikan minimal 3 dalam periode waktu tertentu. Serum anti rabies (SAR) diperlukan jika luka gigitan dekat dengan otak seperti wajah dan leher.

Mencegah kepunahan hewan lokal

Anjing Bali disebut memiliki keragaman kekayaan genetik, sebagai anjing pribumi atau anjing proto yang awalnya menyerupai serigala. Diperkirakan sudah ada 5 ribu tahun lalu. Pelestariannya bisa melanjutkan penelitian tentang gen anjing di dunia.  Anjing Bali dikhawatirkan punah seperti harimau Bali sekitar 1947.

Kepemilikan anjing-anjing ras terus meningkat menggantikan anjing lokal. Ini diyakini sebagai pertanda ancaman kepunahan dan berdampak kesulitan menjawab ancaman zoonosis di masa depan.

Kebudayaan memberikan jejak bagaimana hewan lokal dihargai. Misalnya kisah Mahabrata dalam satu bagiannya menyeritakan Yudistira yang bernagkat ke surga ditemani anjingnya. Dewa Indra menguji kesetiaan Yudistira dengan melarang anjingnya masuk pintu surga. Yudistira menolak dan memilik tak masuk surga. Anjing berubah menjadi Dewa Darma yang menguji kesetiaannya pada binatang.

Kelompok pecinta binatang

Komunitas penghobi menjadi medium anggotanya menemukan cara terbaik mengatasi masalah. I Gusti Ngurah Surya Anaya, dokter hewan dan master of public health ini mengampanyekan Sekehe Asu Bali Utama (SABU). Sebuah komunitas penyayang anjing Bali yang berbasis banjar, sebuah komunitas adat terkecil dan berada di bawah desa adat.

“Ada banyak sekehe (komunitas hobi) di desa seperti sekehe gong, teruna teruni (pemuda), dan sekehe subak (irigasi tradisional), kenapa tidak sekehe asu (anjing)?” urai Surya, yang akrab dipanggil Dogi karena saking sayangnya pada anjing ini.

Dogi kehilangan Roxanne, anjing lokal betina yang diracun. Ia tak ingin melawan dengan kemarahan atau kebrutalan tapi memilih jalan humanis. Membentuk sekehe yang mendorong pemilik anjing lebih sayang agar bebas penyakit dan masyarakat tak phobia anjing akibat rabies.

Sekehe ini dari 3 anggota kini berkembang menjadi 46 anggota. Bekerja sama dengan BAWA dan IFAW, sekehe ini mengikis phobia anjing terutama anjing Bali karena distigma kotor dan tak sehat. Misalnya dengan pemeriksaan kesehatan rutin dan vaksinasi sejumlah penyakit.

Continue Reading

Share